Pernahkah Anda mengunduh sebuah gim gratis di ponsel, lalu tanpa sadar disambut dengan beragam pilihan pembelian, mulai dari koin, permata, hingga perlengkapan spesial? Hampir semua dari kita pernah mengalaminya.
Fenomena inilah yang disebut microtransactions, atau pembelian dalam gim dalam jumlah kecil namun sering. Kini, model ini begitu umum hingga hampir semua gim populer menggunakannya. Namun pertanyaannya: apakah microtransactions benar-benar membuat pengalaman bermain lebih menyenangkan, atau justru diam-diam merusaknya? Mari kita kupas lebih dalam.
Pada dasarnya, microtransactions memberikan kesempatan kepada pemain untuk membeli item tertentu di dalam gim, mulai dari tampilan karakter, dekorasi, hingga perlengkapan yang membantu progres permainan. Harga tiap item biasanya tidak mahal, hanya beberapa ribu rupiah, sehingga terlihat ringan.
Sekilas, sistem ini memberi lebih banyak pilihan. Pemain bisa menikmati gim secara gratis, atau memilih membayar agar progresnya lebih cepat. Namun tentu saja, praktik ini jauh lebih kompleks daripada yang terlihat.
Ada alasan besar di balik maraknya microtransactions: pendapatan.
Menurut laporan Sensor Tower State of Mobile 2025, total pendapatan global dari pembelian dalam aplikasi gim mobile pada tahun 2024 mencapai lebih dari 80 miliar dolar. Angka yang sangat besar ini membuat banyak studio gim memilih merilis permainan mereka secara gratis agar bisa menarik jutaan pemain, lalu menutup biaya produksi melalui pembelian dalam gim.
Model ini memungkinkan banyak pengembang menghasilkan gim yang visualnya memukau, kontennya luas, namun tidak memungut biaya awal dari pemain.
Kami akui, tidak semua microtransactions merugikan. Banyak gim yang menggunakan konsep ini secara sehat dan tidak mengganggu keseimbangan permainan.
Misalnya, pembelian untuk kostum, dekorasi, atau tampilan baru yang sifatnya murni kosmetik. Hal ini tidak memengaruhi kekuatan pemain, hanya menambahkan gaya dan personalisasi. Untuk sebagian orang, membeli item tertentu juga menghemat waktu dari proses grinding yang panjang dan melelahkan.
Dalam kasus seperti ini, sedikit pengeluaran bisa membuat permainan terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Masalah muncul ketika microtransactions berubah menjadi sistem "bayar untuk menang". Artinya, pemain yang mengeluarkan uang mendapatkan keuntungan besar, mulai dari perlengkapan lebih kuat, level naik lebih cepat, hingga akses fitur eksklusif.
Bayangkan Anda menghabiskan waktu berhari-hari meningkatkan kemampuan karakter, tetapi tiba-tiba dikalahkan oleh pemain lain yang hanya mengeluarkan lebih banyak uang. Situasi ini terasa tidak adil dan merusak motivasi.
Beberapa penelitian menemukan bahwa gim dengan model "bayar untuk menang" mengalami penurunan retensi hingga 20% dan lonjakan pemain keluar hingga 25%. Pemain merasa kecewa karena permainan tidak lagi berfokus pada strategi dan usaha, melainkan isi dompet.
Selain ketidakseimbangan, ada juga tekanan emosional yang sengaja dirancang dalam beberapa gim. Misalnya:
- Promosi waktu terbatas yang membuat pemain merasa harus segera membeli.
- Timer yang memaksa pemain menunggu lama kecuali mereka membayar.
- Pesan pop-up berulang yang terus mendorong transaksi.
Menurut peneliti Dr. David Zendle, sistem seperti ini dapat memicu perilaku impulsif. Pemain bisa saja membeli sesuatu bukan karena mereka benar-benar menginginkannya, tetapi karena merasa terpaksa atau takut ketinggalan.
Bagi pemain muda atau mereka yang mudah terdorong secara emosional, situasi ini bisa menyebabkan penyesalan dan tekanan finansial.
Sebagai pemain, hal utama yang perlu kita lakukan adalah sadar dan bijak saat mengeluarkan uang. Tanyakan pada diri sendiri apakah pembelian tersebut benar-benar meningkatkan kesenangan Anda, atau hanya karena dorongan dari desain gim yang manipulatif.
Beberapa gim kini menyediakan fitur pembatasan pengeluaran dan notifikasi pembelian, yang bisa sangat membantu dalam mengatur kebiasaan bermain. Orang tua juga bisa mengaktifkan kontrol khusus agar anak tidak membeli sembarangan.
Di sisi lain, semakin banyak pengembang mulai menerapkan model monetisasi yang lebih adil, misalnya hanya menjual item kosmetik atau memberikan informasi yang jelas tentang manfaat pembelian.
Microtransactions kemungkinan besar tetap ada. Namun industri ini sedang bergerak. Pemain semakin vokal tentang model yang mereka sukai, dan pengembang besar seperti Nintendo serta Supercell mulai memberi perhatian lebih pada pengalaman jangka panjang daripada keuntungan cepat.
Jika tren ini berlanjut, kita mungkin akan melihat lebih banyak gim yang seimbang, di mana pemain gratis tetap bisa menikmati permainan tanpa merasa dirugikan.