Streptokokus tenggorokan, yang disebabkan oleh bakteri Group A Streptococcus (GAS), merupakan infeksi umum yang sering terjadi pada anak-anak.
Meskipun biasanya dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik yang tepat, penyakit ini tetap berisiko menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan benar.
Mempelajari lebih lanjut tentang gejala dan potensi komplikasi streptokokus pada anak dapat membantu Anda menghindari risiko yang mungkin terjadi.
Streptokokus tenggorokan umumnya menyerang anak-anak dan remaja. Mereka lebih rentan terinfeksi karena sering terpapar di sekolah atau tempat umum. Berbeda dengan sakit tenggorokan yang disebabkan oleh virus, yang biasanya disertai batuk dan hidung tersumbat, streptokokus tenggorokan biasanya muncul tanpa gejala tersebut. Gejala utama meliputi sakit tenggorokan yang tiba-tiba, rasa sakit saat menelan, dan demam. Tonsil yang merah dan bengkak, kadang-kadang disertai dengan bercak putih, juga menjadi tanda khas. Beberapa anak juga mungkin mengalami sakit kepala, sakit perut, pembengkakan kelenjar getah bening leher, serta rasa tidak enak badan secara umum.
Meskipun sering dianggap sebagai infeksi ringan, streptokokus tenggorokan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan masalah serius. Salah satu komplikasi lokal yang berbahaya adalah abses peritonsil, yaitu kumpulan nanah di sekitar amandel yang menyebabkan sakit tenggorokan hebat, kesulitan membuka mulut, pembengkakan, bahkan perubahan suara. Pada kasus yang lebih parah, abses retrofaringeal—infeksi di belakang tenggorokan, dapat menyebabkan obstruksi saluran napas yang memerlukan penanganan medis darurat.
Selain itu, infeksi telinga dan sinusitis juga dapat terjadi bila bakteri menyebar ke struktur sekitar tenggorokan. Infeksi ini sering memerlukan pengobatan antibiotik yang lebih kuat atau bahkan prosedur pembedahan untuk mengeringkan nanah.
Komplikasi yang lebih serius dapat muncul akibat respons sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi streptokokus. Salah satunya adalah demam rematik, suatu penyakit inflamasi sistemik yang dapat berkembang beberapa minggu setelah infeksi streptokokus tenggorokan. Demam rematik dapat memengaruhi jantung, sendi, kulit, dan sistem saraf, dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang.
Komplikasi lain yang patut diwaspadai adalah glomerulonefritis pasca-streptokokus (PSGN), yaitu peradangan pada ginjal yang biasanya terjadi sekitar 10 hari setelah episode streptokokus tenggorokan. Gejala PSGN termasuk pembengkakan, terutama di sekitar mata dan kaki, tekanan darah tinggi, serta rasa lelah. Meskipun beberapa kasus PSGN bisa sembuh tanpa dampak jangka panjang, pengawasan dan perawatan pendukung sangat penting.
Pada beberapa kasus yang sangat jarang, streptokokus tenggorokan dapat berkembang menjadi infeksi invasif yang mengancam jiwa, seperti sindrom syok toksik streptokokus (STSS) dan fasitis nekrotikan (penyakit pemakan daging). STSS terjadi ketika bakteri menyebar cepat ke dalam aliran darah, menyebabkan peradangan sistemik, tekanan darah rendah, dan syok. Fasitis nekrotikan adalah infeksi destruktif pada jaringan lunak yang memerlukan pengangkatan jaringan yang terinfeksi melalui pembedahan dan terapi antibiotik yang agresif. Meskipun sangat jarang, kondisi-kondisi ini memerlukan penanganan medis darurat dan memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Fenomena unik lainnya yang dapat terjadi setelah infeksi streptokokus adalah Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal infections (PANDAS). Sindrom ini menunjukkan bahwa respons imun tubuh terhadap infeksi streptokokus dapat memicu timbulnya gejala neuropsikiatrik yang mendalam pada anak-anak, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dan tics. Meski masih kontroversial, fenomena ini menunjukkan betapa kompleksnya dampak infeksi streptokokus terhadap kesehatan anak-anak.
Pencegahan komplikasi streptokokus tenggorokan sangat bergantung pada diagnosis yang tepat dan kepatuhan terhadap pengobatan antibiotik. Jika gejala tidak membaik setelah beberapa hari atau malah semakin parah meskipun sudah diobati, pemeriksaan ulang sangat penting. Selain itu, langkah-langkah pencegahan seperti mencuci tangan dengan benar, menghindari kontak langsung dengan individu yang terinfeksi, serta tidak menggunakan peralatan makan secara bergantian dapat membantu menurunkan risiko penularan.
Penting untuk Diingat! Meskipun streptokokus tenggorokan sering dianggap sebagai penyakit ringan, komplikasi yang dapat ditimbulkannya sangat serius. Jika anak Anda mengalami gejala-gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan diagnosis yang cepat dan pengobatan yang tepat, sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan kesehatan anak tetap terjaga.
Jangan anggap remeh sakit tenggorokan pada anak. Segera lakukan pemeriksaan medis dan pastikan pengobatan yang tepat!