Demam seni digital sempat membawa istilah NFT (Non-Fungible Token) ke arus utama, namun di balik euforia itu tersembunyi sebuah ekosistem finansial yang kompleks, fluktuatif, dan seringkali disalahpahami.
Bagi Anda yang berniat membeli NFT, baik sebagai aset spekulatif, simbol budaya, atau bahkan penyimpan nilai jangka panjang, memahami mekanisme serta risiko yang sesungguhnya sangatlah penting.
Banyak pembeli pertama kali mengira memiliki NFT berarti otomatis memiliki karya seni atau media yang terkait dengannya. Padahal, yang benar-benar dibeli adalah sertifikat digital kepemilikan yang tercatat di blockchain. Dengan kata lain, NFT bukanlah file gambarnya, melainkan catatan resmi kepemilikan yang menunjuk pada aset digital tertentu.
Berbeda dengan saham atau mata uang kripto yang memiliki pasar luas, NFT cenderung sulit dijual kembali. Tidak selalu ada pihak yang siap membeli aset yang Anda miliki. Pasar NFT sangat terfragmentasi, spekulatif, dan nyaris tanpa regulasi yang jelas. Penilaian harga pun sering tidak konsisten. Bahkan dalam koleksi yang dianggap populer, masih banyak aset yang jarang diperdagangkan atau tidak laku sama sekali. Jika tujuan Anda adalah investasi, bersiaplah menghadapi masa tunggu panjang, atau bahkan kemungkinan tidak ada pembeli sama sekali.
Sebagian NFT menawarkan lebih dari sekadar tampilan visual. Ada yang memberi akses ke komunitas online, item dalam permainan, atau konten masa depan. Inilah yang disebut utility, dan menjadi salah satu faktor fundamental yang bisa menjaga nilai NFT tetap hidup setelah hype mereda. Namun, manfaat ini seringkali bergantung pada pihak ketiga, misalnya pengembang yang harus terus menjaga server atau mengembangkan fitur. Risiko pun muncul jika pengembang berhenti beroperasi. Sebelum membeli, pastikan Anda menilai fungsi nyata dari NFT tersebut, dan apakah fungsinya bergantung pada kondisi eksternal. Jika tidak ada interaksi berarti, besar kemungkinan nilainya hanya bersifat spekulatif.
NFT berjalan melalui smart contract, yaitu kode yang dieksekusi otomatis di blockchain. Teknologi ini memang revolusioner, tetapi bukan tanpa celah. Sudah ada banyak kasus kebocoran dan eksploitasi bernilai jutaan dolar akibat kelemahan kode. Aset bisa hilang, terkunci, atau bahkan menjadi tidak valid. Tidak ada jaminan perlindungan konsumen seperti pada produk keuangan tradisional. Transaksi bersifat irreversible, sekali terjadi, tidak bisa dibatalkan, bahkan jika menyangkut penipuan. Untuk NFT bernilai tinggi, pastikan kontrak telah diaudit oleh pihak keamanan blockchain yang tepercaya.
Pasar NFT tidak berdiri sendiri. Nilainya sangat dipengaruhi oleh kesehatan ekosistem kripto secara keseluruhan. Ketika harga Bitcoin atau Ethereum naik, biasanya aktivitas NFT juga meningkat. Namun saat terjadi penurunan, harga NFT sering jatuh lebih cepat dan pulih lebih lambat. Itu berarti investor NFT harus memperhatikan tidak hanya proyek tertentu, tetapi juga faktor makroekonomi seperti suku bunga, regulasi, hingga sentimen risiko global.
Hingga kini, otoritas keuangan global masih bingung bagaimana mengklasifikasikan NFT. Apakah NFT termasuk koleksi, sekuritas, atau karya intelektual? Ketidakjelasan ini bisa berujung pada masalah hukum, kejutan pajak, atau bahkan tindakan hukum yang bersifat mundur. Jika suatu yurisdiksi menetapkan NFT sebagai sekuritas, maka pencipta maupun marketplace bisa terkena kewajiban registrasi serta aturan kepatuhan tertentu. Artinya, pembeli tanpa sadar bisa saja terlibat dalam penawaran yang belum terdaftar, yang tentu saja membawa risiko hukum dan finansial.
Dunia NFT penuh dengan godaan emosional. FOMO (fear of missing out), hype media sosial, hingga dukungan selebritas sering membuat orang membeli aset tanpa pertimbangan rasional. Fenomena ini tidak hanya berbahaya bagi dompet Anda, tetapi juga mengaburkan logika. Banyak pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan kondisi ini dengan membuat skema pump-and-dump, di mana harga dinaikkan sementara lalu ditinggalkan. Tanpa disiplin emosional dan analisis yang matang, besar kemungkinan pembeli akan menyesal.
Investor kripto Andrew Steinwold pernah mengingatkan: "Yang sering tidak disadari orang adalah adanya perbedaan antara token NFT itu sendiri, yaitu catatan kepemilikan di blockchain, dengan aset yang dirujuknya, misalnya foto, video, atau file audio. Jika startup penerbit NFT bangkrut dan berhenti meng-hosting file tersebut, pembeli hanya akan memiliki token yang menunjuk ke file yang sudah tidak ada."
NFT adalah pertemuan kompleks antara teknologi, keuangan, dan budaya. Ia bukan instrumen yang secara inheren baik atau buruk, melainkan sebuah inovasi yang menuntut pemahaman mendalam. Membeli hanya karena tren atau berita viral bisa berujung pada kekecewaan, bahkan kerugian besar.
Sebelum masuk ke pasar NFT, tanyakan pada diri Anda: apa sebenarnya tujuan investasi ini? Apakah untuk akses komunitas, manfaat jangka panjang, atau sekadar koleksi? Setiap alasan membawa profil risiko yang berbeda. NFT bisa menjadi bagian dari portofolio digital modern, tetapi hanya jika Anda melangkah dengan mata terbuka, disiplin, dan pemahaman penuh tentang arti kepemilikan di era baru ini.
simak video "mengenal kehadiran NFT"
video by "CNN Indonesia"