Aneurisma, terutama aneurisma di otak (intrakranial) dan aorta, merupakan ancaman kesehatan serius yang sering kali tidak disadari hingga terjadi kondisi darurat. Pecahnya aneurisma dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.


Oleh karena itu, memahami faktor risiko yang memicu terbentuk dan pecahnya aneurisma sangat penting untuk deteksi dini serta pencegahan yang efektif.


Faktor Risiko Utama: Kombinasi Genetik, Gaya Hidup, dan Kondisi Kesehatan


Penelitian terbaru menunjukkan bahwa risiko aneurisma bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks antara genetika, lingkungan, dan kondisi klinis. Tekanan darah tinggi (hipertensi) menjadi faktor risiko yang paling dominan dan dapat diubah. Riwayat keluarga dengan aneurisma juga meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami aneurisma, menandakan adanya komponen herediter yang mungkin terkait dengan kelainan jaringan ikat atau mutasi genetik yang memengaruhi struktur pembuluh darah.


Dr. Babak S. Jahromi, MD, PhD, Co-director Program Bedah Cerebrovaskular & Dasar Tengkorak, menegaskan, "Kecenderungan genetik menjadi dasar pembentukan aneurisma, tetapi faktor yang bisa diubah, terutama hipertensi dan gaya hidup, sering kali menjadi pemicu utama pertumbuhan atau pecahnya aneurisma."


Prediktor Demografis dan Biokimia: Lebih dari Sekadar Faktor Tradisional


Data terkini mengungkapkan adanya perbedaan risiko berdasarkan demografi. Wanita dan usia lanjut memiliki risiko pecah aneurisma yang lebih tinggi, kemungkinan karena pengaruh hormon dan proses penuaan pembuluh darah. Sebaliknya, pasien yang lebih muda cenderung memiliki risiko pecah yang lebih rendah, menunjukkan bahwa perkembangan aneurisma bersifat dinamis dan berubah seiring waktu.


Selain itu, sejumlah penanda biokimia seperti peningkatan jumlah neutrofil, enzim lactate dehydrogenase (LDH), D-dimer, serta kadar glukosa tinggi telah diidentifikasi sebagai indikator peningkatan risiko pecah aneurisma. Penanda ini mencerminkan adanya peradangan, gangguan koagulasi, dan stres metabolik yang melemahkan dinding pembuluh darah. Sedangkan kadar hematokrit dan fibrinogen yang rendah juga berhubungan dengan meningkatnya kerentanan dinding aneurisma terhadap pecah.


Pertimbangan Anatomi dan Morfologi


Ukuran, lokasi, dan bentuk aneurisma sangat menentukan potensi risiko pecah. Aneurisma dengan diameter lebih dari 11 milimeter dan yang terletak pada sirkulasi posterior otak cenderung lebih berbahaya. Bentuk aneurisma yang tidak teratur atau memiliki banyak lobus (multilobulated) menunjukkan dinding yang tidak stabil dan lebih mudah pecah. Keberadaan beberapa aneurisma sekaligus juga meningkatkan risiko, terutama jika sudah pernah terjadi pecah sebelumnya. Oleh karena itu, pemeriksaan dan pengawasan ketat menjadi hal yang wajib dilakukan sesuai kondisi masing-masing pasien.


Pengaruh Penyakit Penyerta dan Gaya Hidup


Diabetes mellitus dan hiperlipidemia memiliki hubungan yang kompleks dengan risiko aneurisma. Beberapa studi epidemiologis menyebutkan diabetes dapat memberikan efek protektif terhadap perdarahan subaraknoid, namun penelitian lain menunjukkan peningkatan risiko pertumbuhan aneurisma pada pasien diabetes, yang mungkin disebabkan oleh frekuensi pemeriksaan pencitraan lebih tinggi sehingga aneurisma terdeteksi lebih dini.


Penilaian Risiko dan Pencegahan yang Dipersonalisasi


Karena sifat aneurisma yang sangat beragam, pendekatan penilaian risiko perlu disesuaikan secara personal. Mengintegrasikan data demografis, profil genetik, biomarker, serta hasil pencitraan memungkinkan dokter untuk mengenali individu dengan risiko tinggi dan merancang strategi pencegahan yang lebih efektif.


John A. Elefteriades, MD, menekankan, "Keragaman patogenesis aneurisma menuntut kita melampaui kriteria umum. Dengan menggabungkan teknologi pencitraan resolusi tinggi, data genomik, pemodelan biomekanik, dan biomarker spesifik pasien, kita bisa menciptakan kalkulator risiko personal yang mengubah paradigma kita, dari sekadar merespon pecah aneurisma menjadi mencegahnya sebelum terjadi."


Risiko aneurisma dibentuk oleh gabungan faktor modifikasi dan non-modifikasi yang saling mempengaruhi. Kesadaran terhadap berbagai faktor ini menjadi kunci bagi pasien dan tenaga medis untuk melakukan deteksi dini, perubahan gaya hidup, serta pemantauan yang tepat. Dengan demikian, potensi dampak buruk akibat pecah aneurisma dapat diminimalisir secara signifikan.