Pernah nonton Wimbledon dan bertanya-tanya, “Kenapa sih mereka semua kayak mau kondangan bertema tenis?” Tenang, Anda tidak sendiri. Banyak yang heran kenapa ajang bergengsi ini punya aturan berpakaian super ketat.
Sementara di turnamen seperti US Open, pemain bebas tampil dengan gaya penuh warna dan ekspresi, Wimbledon justru tetap bersih, dalam arti harfiah! Jadi, apa sebenarnya alasan di balik aturan semua-serba-putih ini? Yuk, bongkar bareng-bareng fakta mengejutkan yang tersembunyi di balik tradisi ini.
Aturan Pakaian Paling Ketat di Dunia Tenis
Wimbledon dikenal sebagai turnamen yang sangat menjaga tradisi. Mulai dari lapangan rumput hijau ikonik, camilan stroberi dengan krim, hingga satu hal yang paling mencolok: semua pemain harus berpakaian serba putih.
Bukan putih sebagian atau putih dengan corak warna. Tapi benar-benar putih total. Batas maksimal warna lain hanyalah 1 sentimeter! Bahkan warna pastel yang lembut pun bisa dianggap melanggar.
Contohnya, pada 2013, legenda tenis Roger Federer diminta mengganti sepatunya karena sol-nya berwarna oranye. Padahal yang berwarna cuma bagian bawah sepatu! Serius banget, kan?
Kenapa Harus Putih? Ini Dia Jawaban Mengejutkannya!
Alasan aturan ini ternyata berakar dari abad ke-19. Saat itu, tenis dianggap sebagai acara sosial yang sangat "berkelas." Namun ada satu hal yang dianggap mengganggu, yaitu keringat.
Di masa itu, berkeringat di depan umum dianggap kurang pantas, terutama bagi perempuan. Karena pakaian berwarna mudah menunjukkan bekas keringat, warna putih dipilih karena paling bisa menyamarkannya.
Itulah awal mula kenapa pakaian putih jadi standar dalam dunia tenis, khususnya Wimbledon. Turnamen ini terus mempertahankan aturan tersebut selama ratusan tahun, bahkan saat turnamen lain sudah lebih fleksibel.
Gaya vs Tradisi: Siapa yang Menang?
Seiring waktu, beberapa pemain mulai mencoba "mengakali" aturan ini. Salah satunya Venus Williams yang pernah mengenakan outfit putih dengan lapisan pink transparan, yang langsung menuai perhatian.
Lebih baru lagi, beberapa pemain menyuarakan kekhawatiran, khususnya perempuan tentang ketidaknyamanan mengenakan pakaian serba putih, terutama pada momen-momen tertentu dalam sebulan.
Akhirnya, pada tahun 2023, Wimbledon sedikit melunak dan mengizinkan pemain mengenakan celana dalam pendek berwarna gelap. Meskipun kecil, ini adalah perubahan besar untuk turnamen seketat Wimbledon.
Ikonik atau Ketinggalan Zaman?
Di satu sisi, penampilan serba putih di Wimbledon memang punya daya tarik tersendiri. Lapangan hijau dengan pemain serba putih terlihat bersih, elegan, dan khas. Bahkan foto-foto dari Wimbledon langsung dikenali hanya dari nuansa warnanya.
Namun, di sisi lain, dunia tenis juga tentang ekspresi, kenyamanan, dan identitas. Banyak pemain muda ingin menunjukkan kepribadian lewat gaya pakaian, dan mereka merasa terkekang dengan aturan yang terlalu kaku.
Bukankah menarik kalau bisa melihat atlet tampil beda-beda, penuh warna, dan tetap tampil maksimal tanpa dibatasi aturan warna?
Wimbledon mungkin akan terus bertahan dengan ciri khasnya. Tapi perubahan kecil seperti aturan celana dalam berwarna gelap menunjukkan bahwa perlahan, suara para pemain mulai diperhitungkan. Apakah aturan serba putih ini masih relevan di tahun 2025? Atau sudah waktunya Wimbledon memberikan ruang untuk gaya pribadi dan kenyamanan pemain?