Tren kecantikan terus bermunculan dan menyebar cepat di media sosial. Mulai dari mengoleskan petroleum jelly ke wajah, hingga membuat jadwal “istirahat” untuk kulit, semua terasa menarik dan membuat penasaran.


Tapi pertanyaannya, apakah semua yang viral itu benar-benar bermanfaat, atau hanya tren sesaat yang bikin breakout? Daripada sekadar ikut-ikutan, lebih baik pahami dulu fakta ilmiahnya. Berikut 6 tren skincare yang sedang naik daun dan ulasan jujurnya: apakah layak dicoba, atau sebaiknya dihindari?


1. Slugging: Tren Oles Wajah dengan Petroleum Jelly, Ampuh atau Berisiko?


Pernah mendengar orang mengoleskan petroleum jelly ke seluruh wajah sebelum tidur? Teknik ini disebut “slugging” dan katanya bisa mengunci kelembapan serta memperbaiki skin barrier.


Menurut dermatologis Dr. Andrea Suarez, slugging bisa bermanfaat bagi Anda yang memiliki kulit sangat kering atau rusak, terutama saat cuaca dingin. Petroleum jelly bekerja sebagai occlusive, yaitu bahan yang membentuk lapisan pelindung di atas kulit untuk mencegah kehilangan air.


Kelebihan:


- Melembapkan dan mempercepat pemulihan kulit kering atau pecah-pecah


- Harga terjangkau dan umumnya bebas pewangi


- Tidak menyumbat pori bagi sebagian besar orang


Kekurangan:


- Tidak disarankan untuk kulit berminyak atau mudah berjerawat


- Dapat menjebak kotoran atau bakteri jika kulit belum dibersihkan dengan benar


Kesimpulan: Slugging bisa menjadi solusi darurat untuk kulit kering, tapi tidak perlu dijadikan rutinitas harian jika kulit Anda cenderung berminyak atau sensitif.


2. Skin Cycling: Jadwal Perawatan Kulit yang Bikin Wajah Lebih Seimbang


Skin cycling menjadi populer berkat Dr. Whitney Bowe di media sosial. Konsepnya sederhana: beri jeda pada kulit dengan cara mengatur pemakaian produk aktif.


Umumnya terdiri dari:


- Malam 1: Eksfoliasi (AHA/BHA)


- Malam 2: Retinoid


- Malam 3 & 4: Fokus pada hidrasi dan pemulihan


Metode ini menjadi populer karena banyak orang mengalami iritasi akibat penggunaan produk aktif secara berlebihan. Memberi jeda pada kulit terbukti membantu mengurangi kemerahan dan menjaga skin barrier tetap sehat.


Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif menjaga kesehatan kulit jangka panjang, dibanding pemakaian produk aktif setiap malam.


Intinya: Jika kulit mulai terasa lelah atau sensitif, memberi waktu istirahat mungkin justru membantu memulihkan keseimbangan kulit.


3. Glass Skin: Glowing Sempurna atau Sekadar Kilap Sementara?


Tren “glass skin” kulit yang super halus, bening, dan bercahaya seperti kaca, berasal dari perawatan kulit ala Korea dan kini booming di seluruh dunia.


Biasanya melibatkan beberapa lapis produk seperti:


- Toner


- Essence


- Serum


- Pelembap


- Facial oil


- Highlighter (kadang-kadang)


Apa yang sebenarnya terjadi? Lapisan produk ini menciptakan hidrasi intens, sehingga kulit terlihat lebih lembap, kenyal, dan memantulkan cahaya.


Dr. Alexis Stephens, seorang dermatologis, menyarankan untuk tidak berlebihan. Terlalu banyak produk bisa menyumbat pori atau memicu reaksi alergi. Cukup fokus pada pembersih lembut, serum dengan hyaluronic acid, dan pelembap yang cocok.


Fakta: Kulit lembap memang terlihat glowing, tapi lebih banyak produk bukan berarti lebih sehat. Dengarkan kebutuhan kulit, bukan hanya tampilan di etalase skincare.


4. Face Icing: Trik Dingin yang Viral, Tapi Efektifkah?


Mengusap wajah dengan es batu atau alat pijat dingin sedang jadi favorit di TikTok, terutama untuk mengurangi bengkak dan menyegarkan wajah di pagi hari.


Secara ilmiah, suhu dingin memang membantu menyempitkan pembuluh darah sehingga mengurangi kemerahan dan pembengkakan.


Tapi perhatikan:


- Jangan aplikasikan es langsung ke kulit lebih dari 30 detik


- Efeknya hanya sementara dan tidak menyembuhkan masalah kulit jangka panjang


Kesimpulan: Cocok untuk penyegar instan saat bangun tidur atau setelah malam begadang. Namun, jangan berharap efek permanen.


5. SPF Contouring: Gaya Kontur dari Matahari yang Bisa Jadi Bumerang


Tren ini muncul dari influencer yang hanya mengoleskan sunscreen di area tertentu (seperti tulang pipi dan hidung) agar mendapatkan efek kontur alami dari sinar matahari.


Namun, para ahli kulit menyatakan bahwa praktik ini sangat berisiko. Paparan sinar matahari yang tidak merata bisa memicu hiperpigmentasi, melasma, dan mempercepat penuaan dini.


Peringatan: Sunscreen sebaiknya diaplikasikan merata di seluruh wajah untuk melindungi dari kerusakan jangka panjang.


6. Skincare “Natural”: Tidak Selalu Aman dan Belum Tentu Lebih Baik


Label “alami,” “non-toksik,” dan “ramah kulit” kini jadi daya tarik utama dalam dunia kecantikan. Namun menurut ahli kimia kosmetik Dr. Michelle Wong, istilah tersebut tidak memiliki definisi resmi dan sering disalahartikan.


Contohnya, bahan alami seperti tea tree oil atau lemon bisa memicu iritasi jika digunakan sembarangan.


Yang paling penting:


- Gunakan produk yang teruji secara ilmiah


- Pastikan formula produk stabil dan cocok dengan kondisi kulit Anda


- Perhatikan reaksi kulit terhadap setiap bahan


Catatan: Tidak semua yang berasal dari alam otomatis baik untuk kulit.


Setiap orang punya jenis kulit dan kebutuhan berbeda. Maka dari itu, tidak semua tren cocok untuk semua orang. Sebelum mencoba produk viral, tanyakan pada diri sendiri: Apakah aman untuk kulit saya? Kecantikan sejati bukan tentang mengikuti semua tren, tapi tentang memahami kulit dan merawatnya dengan tepat. Jadi, tren mana yang pernah Anda coba dan membuat terkesan, atau malah menyesal?