Di sebuah kebun binatang, seekor monyet mungil tampak lincah. Ukurannya tak lebih besar dari kepalan tangan manusia, tubuhnya ringan, dan gerakannya cepat seperti kilat. Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa monyet ini begitu kecil? Monyet mini ini dikenal sebagai marmoset, salah satu primata terkecil di dunia yang berasal dari hutan tropis Amerika Selatan.
Jika Anda pernah menonton film animasi “Rio”, Anda mungkin masih ingat sekelompok monyet usil yang mencuri jam tangan emas dan memakainya sebagai sabuk. Monyet-monyet tersebut digambarkan sebagai makhluk cerdik, jenaka, dan tentunya, sangat mungil. Adegan tersebut sebenarnya terinspirasi dari karakteristik nyata marmoset di dunia nyata.
Asal Usul Marmoset: Dari Hutan ke Kota
Habitat alami marmoset terletak di hutan-hutan timur laut Brasil. Namun, akibat intervensi manusia, mereka kini juga banyak ditemukan di daerah urban seperti Rio de Janeiro. Karena populasinya yang berkembang di luar habitat asli, mereka kini dianggap sebagai spesies invasif di beberapa wilayah.
Marmoset memiliki ciri khas yang sangat mencolok, yaitu gumpalan putih menyerupai kapas di atas telinganya. Karena itulah, mereka sering dijuluki sebagai monyet kapas bertelinga beludru. Nama ini mencerminkan kombinasi antara kelembutan penampilannya dan bulu putih tebal yang membuat mereka terlihat seperti boneka hidup.
Ragam Spesies Marmoset: Mini Tapi Beragam
Secara ilmiah, marmoset dibagi ke dalam tiga genus utama dengan total sekitar 35 spesies yang telah dikenali. Di antaranya adalah marmoset kapas (common marmoset), tamarin emas (golden lion tamarin), tamarin kerajaan, tamarin belang, hingga tamarin kerdil (pygmy marmoset).
Yang paling besar di antara keluarga ini adalah tamarin emas, yang panjang tubuhnya mencapai 20 cm dan beratnya sekitar 600 gram, sedikit lebih besar dari anak monyet macaque. Sebaliknya, marmoset terkecil, yaitu pygmy marmoset, hanya sepanjang 15 cm dengan berat sekitar 120 gram. Bayi marmoset yang baru lahir bahkan hanya berbobot kurang dari 20 gram, seukuran jari tangan orang dewasa. Karena ukurannya yang begitu kecil, banyak yang menyebutnya sebagai "monyet jempol".
Tubuh marmoset menyerupai tupai, lengkap dengan mata bulat seperti manik-manik, telinga besar, serta ekor panjang dan lebat. Cara tidurnya pun serupa tupai: mereka akan meringkuk di dalam lubang pohon atau memeluk erat cabang pohon sambil menekan perutnya ke permukaan kayu.
Keunikan Marmoset yang Membedakan dari Primata Lain
1. Penciuman yang Tajam
Salah satu kemampuan luar biasa marmoset adalah indra penciumannya yang sangat tajam. Mereka menggunakan penciuman untuk mencari makanan, menilai kematangan buah, serta mendeteksi kehadiran predator atau ancaman. Marmoset juga memiliki kebiasaan menandai wilayah mereka dengan urin dan aroma tubuh, sebagai cara berkomunikasi dengan sesama kelompoknya.
2. Ekspresi Wajah yang Kaya dan Unik
Meskipun wajahnya kecil, marmoset memiliki ekspresi wajah yang beragam. Mereka menggunakan gerakan bibir, kelopak mata, posisi telinga, bulu di kepala, hingga kumis untuk menyampaikan emosi. Beberapa spesies bahkan memiliki janggut putih mencolok, termasuk betina tamarin kerajaan, yang membuatnya terlihat seperti tokoh dari cerita fantasi.
3. Penyanyi Hutan yang Berbakat
Walaupun tubuhnya mungil dan tersembunyi di antara dedaunan lebat hutan, marmoset justru sering terdengar sebelum terlihat. Mereka memiliki suara nyaring dan merdu. Dalam satu kelompok, biasanya betina yang paling sering "bernyanyi", mengeluarkan suara-suara bernada tinggi yang terdengar seperti alunan melodi dari dalam rimba.
4. Multifungsi Sejak Zaman Dulu
Sejak lama, marmoset telah hidup berdampingan dengan manusia. Masyarakat adat di Amerika Selatan menggunakan mereka untuk membersihkan rambut dari serangga kecil. Bahkan, pada abad ke-18, marmoset mulai dibawa ke Eropa dan menjadi hewan peliharaan eksklusif kalangan bangsawan. Kini, mereka masih dikagumi karena keunikan bentuk dan perilakunya, meski tidak direkomendasikan sebagai hewan peliharaan umum karena kebutuhan perawatan yang rumit.
Marmoset bukan hanya menarik dari segi ukuran, tetapi juga karena sifat sosial, kemampuan komunikasi, serta perannya dalam ekosistem. Di balik wajah imut dan tubuh mungilnya, tersimpan insting liar dan kecerdasan yang membuat mereka mampu bertahan hidup di dunia yang terus berubah.