Meskipun kesadaran akan pentingnya ventilasi meningkat pasca pandemi COVID-19, penyebaran virus yang melayang di udara seperti SARS-CoV-2, influenza, dan RSV masih tetap menjadi tantangan besar, terutama di ruangan tertutup yang ventilasinya kurang optimal.


Penyakit saluran pernapasan dapat dengan mudah menular melalui udara di tempat-tempat seperti kantor, ruang kelas, transportasi umum, dan fasilitas kesehatan. Penularan ini berlangsung diam-diam, sering kali tanpa disadari, namun sangat berisiko.


Aerosol Pernapasan: Jalur Utama Penularan Virus


Virus di udara menyebar terutama melalui aerosol, partikel kecil tak kasatmata yang keluar saat seseorang bernapas, berbicara, batuk, atau bersin. Ukurannya sangat kecil, sering kali kurang dari 5 mikron, sehingga mampu bertahan lama di udara dan menyebar ke seluruh ruangan. Berbeda dengan tetesan besar yang jatuh ke permukaan karena gravitasi, aerosol bisa melayang dan berpindah tempat mengikuti aliran udara, membuat langkah pencegahan standar menjadi kurang efektif.


Faktor Lingkungan yang Mempercepat Penularan


Bukan hanya ukuran partikel yang mempengaruhi penularan, tetapi juga kondisi lingkungan dalam ruangan. Faktor seperti suhu, kelembapan, dan sirkulasi udara sangat menentukan lamanya virus bisa bertahan di udara. Penelitian menunjukkan bahwa kelembapan ruangan yang ideal berada pada kisaran 40–60%. Pada tingkat ini, daya tahan virus menurun secara signifikan. Sebaliknya, kelembapan rendah memungkinkan virus tetap melayang lebih lama dan tetap aktif.


Selain itu, konsentrasi karbon dioksida (CO₂) sering digunakan sebagai indikator kualitas ventilasi. Jika kadar CO₂ tinggi, itu menandakan sirkulasi udara yang buruk, yang berarti virus dan partikel infeksius lainnya bisa menumpuk dengan cepat. Penelitian dari berbagai pusat medis yang dipimpin oleh Prof. José-Luis Jiménez menegaskan hubungan antara kadar CO₂ dan peningkatan risiko penularan.


Sistem HVAC Tak Selalu Menjamin Udara Bersih


Sistem pemanas, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC) memang penting untuk menjaga kualitas udara di dalam ruangan. Namun, banyak sistem HVAC standar belum mampu menyaring partikel sangat kecil seperti virus. Tanpa teknologi tambahan seperti filter HEPA atau sinar ultraviolet germisidal (UVGI), partikel virus bisa tetap lolos dari filter biasa dan berputar kembali ke dalam ruangan.


Solusi yang lebih efektif melibatkan penggunaan filter MERV-13 atau HEPA, serta teknologi tambahan seperti sinar UV germisidal (UVGI) yang mampu menghancurkan virus saat melintas dalam sistem udara. Riset menyebutkan kombinasi ini bisa mengurangi jumlah partikel virus di udara hingga 70 persen. Selain itu, desain ventilasi juga memainkan peran penting. Jika saluran udara dirancang secara tidak tepat, bisa terbentuk “zona mati” di mana udara tidak bersirkulasi dengan baik dan virus menumpuk.


Perilaku Manusia: Faktor yang Memperburuk Risiko


Aktivitas manusia sehari-hari ternyata dapat mempercepat penyebaran virus. Kegiatan seperti berbicara dengan suara keras, berdiskusi kelompok, atau menyanyi dapat menghasilkan lebih banyak aerosol daripada berbicara biasa. Dalam studi terbaru, berbicara dengan suara keras selama 10 menit di ruangan tertutup menghasilkan aerosol dalam jumlah yang sebanding dengan satu kali batuk.


Selain intensitas aktivitas, durasi juga berpengaruh. Semakin lama seseorang berada di ruangan yang sama dengan individu terinfeksi, maka risiko tertular juga semakin tinggi. Seperti dijelaskan oleh Dr. Edward Nardell, "Meski ventilasi sedang, paparan dalam waktu lama tetap memungkinkan akumulasi aerosol hingga mencapai tingkat infeksius."


Inovasi Canggih untuk Mengendalikan Virus di Udara


Seiring berkembangnya teknologi, para ahli mulai mengembangkan alat deteksi aerosol secara real-time. Salah satu teknologi terbaru, yaitu Bioaerosol Sensor Grid, mampu mendeteksi RNA virus di udara dalam hitungan detik. Alat ini telah diuji coba di ruang gawat darurat dan stasiun transportasi umum, dengan hasil yang menjanjikan.


Di samping itu, alat pembersih udara portabel yang menggunakan teknologi ionisasi plasma mulai diterapkan di sekolah dan rumah sakit. Alat ini bekerja dengan menetralkan partikel virus langsung di udara, menawarkan solusi praktis untuk tempat-tempat yang belum bisa memperbarui sistem ventilasi secara menyeluruh.


Penyebaran virus di udara bukanlah hal sepele. Masalah ini membutuhkan pemahaman mendalam dan solusi yang mencakup teknologi, perilaku manusia, serta tata kelola bangunan. Meningkatkan ventilasi, menggunakan teknologi penyaringan modern, serta membatasi aktivitas yang memproduksi aerosol tinggi adalah langkah penting dalam mengurangi risiko penularan di dalam ruangan.