Setiap tahun, saat kalender Hijriyah berganti ke angka baru, ada perasaan tenang yang perlahan menyelimuti hati banyak orang. Tahun Baru Islam bukan sekadar pergantian waktu, melainkan juga sebuah jeda yang lembut di tengah hiruk pikuk kehidupan.
Berbeda dengan momen tahun baru lainnya yang biasanya diwarnai gemerlap dan sorak-sorai, Tahun Baru Islam justru menyuguhkan suasana yang lebih damai dan kontemplatif. Di balik kesederhanaannya, tersembunyi pesan yang dalam: hidup ini bukan soal cepat atau lambat, tapi soal arah dan makna.
Bulan Muharram dan Kebiasaan Melambat
Muharram, bulan pembuka dalam penanggalan Hijriyah, sering kali dianggap sebagai waktu yang tepat untuk “melambat”. Di tengah dunia yang seolah tak memberi ruang untuk jeda, Muharram justru mengajarkan pentingnya berhenti sejenak. Bukan untuk menyerah, melainkan untuk memantapkan langkah selanjutnya.
Banyak orang yang di bulan ini mulai menata ulang ritme hidup mereka. Mulai dari memperbaiki pola tidur, membatasi penggunaan media sosial, hingga lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga. Langkah-langkah sederhana ini kadang terasa sepele, tapi bisa membawa ketenangan luar biasa.
Simbol Pembaruan dan Kebijaksanaan
Dalam banyak budaya, awal tahun identik dengan harapan dan perencanaan. Begitu juga dalam Tahun Baru Islam. Namun menariknya, fokusnya tidak hanya pada impian besar, tetapi juga pada hal-hal kecil yang sering terlupakan, seperti belajar lebih sabar, lebih mendengarkan, dan lebih menghargai waktu.
Bulan Muharram mengajak kita untuk menjadi pribadi yang tidak hanya sukses secara lahiriah, tetapi juga kuat secara batiniah. Ia menjadi pengingat bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar, tapi dari kebiasaan sehari-hari yang sederhana dan bermakna.
Ritual Kehangatan di Rumah dan Komunitas
Momen Tahun Baru Islam juga sering dijadikan waktu untuk berkumpul. Tanpa acara besar atau sorotan kamera, keluarga dan tetangga saling menyapa, berbagi cerita, dan kadang hanya duduk bersama sambil menikmati hidangan hangat buatan rumah.
Di beberapa daerah, masyarakat masih melestarikan kebiasaan membuat makanan khas seperti bubur merah putih, yang dibagikan kepada tetangga sebagai bentuk perhatian dan simbol harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Ritual kecil seperti ini memperkuat jalinan sosial yang semakin jarang dijumpai di kota besar. Muharram mengingatkan bahwa hubungan antar manusia adalah harta yang harus dijaga.
Momen Untuk Introspeksi dan Penyesuaian Arah Hidup
Tahun Baru Islam juga bisa menjadi waktu untuk bertanya kepada diri sendiri: “Apakah saya sudah berada di jalur yang tepat?” Mungkin selama ini Anda terlalu sibuk mengejar banyak hal, hingga lupa dengan hal-hal yang benar-benar penting.
Muharram memberikan ruang untuk berpikir ulang. Apakah pekerjaan yang dikejar membuat Anda bahagia? Apakah hubungan yang dijalani memberi ketenangan? Apakah waktu yang ada sudah dimanfaatkan sebaik mungkin?
Introspeksi ini tidak harus rumit. Cukup dengan menuliskan tiga hal yang ingin diperbaiki dan tiga hal yang disyukuri, Anda sudah memulai proses perbaikan diri yang nyata.
Tahun Baru Bukan Soal Janji, Tapi Soal Aksi Nyata
Sering kali tahun baru diisi dengan banyak resolusi, tapi sayangnya hanya sedikit yang benar-benar dijalankan. Dalam semangat Tahun Baru Islam, niat baik tak cukup jika tidak diikuti langkah konkret. Bahkan langkah kecil sekalipun, jika konsisten, akan membawa perubahan besar dalam hidup Anda.
Misalnya, bangun lebih pagi untuk menikmati ketenangan, meluangkan 10 menit setiap hari untuk menulis jurnal syukur, atau menyempatkan diri menyapa orang tua secara rutin. Hal-hal ini mungkin terlihat sederhana, tapi bisa membawa perubahan besar dalam jangka panjang.
Tahun Baru Islam adalah momen yang membumi. Ia tidak hingar bingar, tapi justru menggugah. Tidak mengajak untuk berlari lebih kencang, tapi untuk berjalan lebih sadar. Bulan Muharram memberikan ruang untuk memperbaiki arah, menyusun ulang harapan, dan merajut kembali hubungan yang mungkin mulai longgar.
simak video "penetapan Tahun Baru Islam"
video by "Coretan Pinsil"