Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun yang dapat menyerang berbagai organ tubuh. Salah satu dampak yang sering kurang diperhatikan adalah keterlibatan organ mata, padahal kondisi ini dapat mengancam penglihatan jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Gangguan mata akibat lupus tidak hanya muncul akibat penyakit itu sendiri, tetapi juga karena efek samping dari pengobatan jangka panjang, seperti penggunaan obat imunosupresif.
Gangguan Mata pada Penderita Lupus: Bukan Sekadar Mata Kering
Keterlibatan mata pada pasien lupus sangat bervariasi. Salah satu gangguan yang paling sering dijumpai adalah keratoconjunctivitis sicca, yaitu kondisi mata kering akibat gangguan pada kelenjar air mata karena proses autoimun. Kondisi ini sering muncul sebagai bagian dari sindrom Sjögren sekunder.
Namun, komplikasi pada mata bisa berkembang jauh lebih serius. Retinopati lupus, termasuk vaskulitis retina dan neuropati optik, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan. Perubahan pada retina tidak hanya berbahaya, tetapi juga bisa menjadi petunjuk penting akan adanya aktivitas penyakit lupus yang lebih luas, termasuk keterlibatan sistem saraf pusat.
Menurut Dr. Arvind S. Patel, seorang ahli imunologi mata, "Temuan pada retina pasien lupus sering kali mencerminkan tingkat keparahan peradangan sistemik dan dapat berkorelasi dengan keterlibatan otak." Senada dengan itu, Dr. Rupesh Agrawal menambahkan bahwa "vaskulitis retina serta oklusi pembuluh darah dapat menjadi tanda awal lupus yang sedang aktif kembali dan perlu evaluasi sistemik segera."
Dr. Deborah M. Parks, seorang reumatolog, juga menegaskan bahwa "tanda-tanda pada mata seringkali sejalan dengan lupus neuropsikiatri dan harus memicu evaluasi neurologis lebih lanjut."
Vaskulitis Retina: Sinyal Bahaya Aktivitas Lupus yang Harus Diwaspadai
Salah satu komplikasi paling serius adalah vaskulitis retina, yaitu peradangan pembuluh darah kecil di dalam retina. Pada pemeriksaan khusus seperti angiografi fluoresens, dokter bisa melihat tanda-tanda seperti penyempitan pembuluh darah, bercak putih di retina, hingga sumbatan pembuluh darah. Ini adalah tanda bahwa aliran darah menuju retina terganggu, dan bisa berujung pada kebutaan jika tidak segera diobati.
Lebih jauh lagi, kondisi ini sering berkaitan dengan komplikasi sistemik seperti lupus nefritis (lupus pada ginjal) dan gangguan sistem saraf. Oleh karena itu, saat dokter mata menemukan vaskulitis retina, pasien harus segera menjalani evaluasi menyeluruh oleh tim reumatologi.
Neuropati Optik karena Lupus: Kondisi Gawat Darurat yang Mengancam Penglihatan
Meskipun jarang terjadi, neuropati optik akibat lupus adalah kondisi yang sangat serius dan memerlukan penanganan darurat. Penyebabnya bisa berupa peradangan pembuluh darah yang menyuplai saraf optik, atau serangan autoimun langsung terhadap jaringan saraf. Tidak seperti neuritis optik yang berkaitan dengan kondisi neurologis lain, neuropati optik lupus sering muncul tanpa rasa sakit dan dapat memburuk dengan cepat, bahkan menyerang kedua mata sekaligus.
Pemeriksaan MRI sangat membantu dalam membedakan tipe neuritis optik. Terapi awal biasanya melibatkan pemberian metilprednisolon dosis tinggi melalui infus, diikuti oleh pengobatan imunosupresif seperti siklofosfamid jika respons awal tidak memadai.
Efek Samping Obat Lupus: Pantau Risiko Kerusakan Retina Akibat Hidroksiklorokuin
Hidroksiklorokuin adalah obat utama dalam pengobatan lupus, namun penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan toksisitas retina. Salah satu tanda khasnya adalah munculnya pola makulopati yang disebut bull’s-eye, yang bersifat permanen jika tidak terdeteksi dini.
Dr. David J. Browning, seorang ahli retina terkemuka, menekankan bahwa "menjalankan protokol pemeriksaan rutin untuk pasien yang menggunakan hidroksiklorokuin sangatlah penting karena kerusakan retina ini bersifat diam-diam dan tidak dapat dikembalikan jika sudah terjadi."
Terobosan Pengobatan Baru: Biologik dan Teknologi Canggih untuk Deteksi Dini
Kabar baiknya, pengobatan lupus terus berkembang. Terapi biologik seperti belimumab dan anifrolumab mulai menunjukkan hasil positif dalam mengendalikan peradangan, termasuk yang terjadi di mata. Dengan terapi ini, pasien yang sebelumnya sulit dikontrol dengan obat standar kini memiliki pilihan baru.
Tak hanya itu, teknologi pencitraan mata seperti OCT angiografi kini memungkinkan dokter mendeteksi gangguan mikro pada retina bahkan sebelum pasien menyadari adanya gejala. Deteksi dini berarti pengobatan bisa dimulai lebih cepat dan risiko komplikasi dapat diminimalkan.
Pendekatan Terpadu: Kolaborasi Antarspesialis Kunci Keberhasilan Terapi
Penanganan lupus yang menyeluruh harus melibatkan kerja sama antara reumatolog, oftalmolog, dan pada beberapa kasus, ahli saraf. Pemeriksaan mata secara berkala seharusnya menjadi bagian standar dari protokol pemantauan pasien lupus, terutama saat gejala visual muncul atau ketika terjadi flare-up penyakit.
Pemantauan fungsi visual tidak hanya menjaga penglihatan pasien, tetapi juga memberikan gambaran penting mengenai tingkat aktivitas penyakit secara keseluruhan. Memasukkan parameter oftalmologis dalam indeks aktivitas lupus dapat membantu menyempurnakan strategi terapi dan meningkatkan hasil klinis pasien secara umum.
Keterlibatan mata dalam lupus bukanlah hal langka dan tidak boleh diremehkan. Dari sekadar mata kering hingga gangguan penglihatan berat, sistem visual mencerminkan gangguan imunologis yang terjadi di seluruh tubuh. Deteksi dini, pemeriksaan rutin, dan kerja sama antarspesialis merupakan kunci utama dalam melindungi penglihatan dan kualitas hidup pasien lupus.
simak video "mengenal penyakit lupus"
video by "RS Premier Jatinegara"