Lykkers, pernahkah Anda membayangkan bahwa ruang dan waktu bisa bergetar? Beberapa tahun lalu, para ilmuwan mengumumkan sesuatu yang mengubah pandangan manusia tentang alam semesta.


Tepat pada 11 Februari 2016, tim dari LIGO (Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory) berhasil mencatat getaran yang sangat halus, getaran yang berasal dari kejadian luar biasa di galaksi jauh sana.


Peristiwa ini dinamakan GW150914, berasal dari tabrakan dahsyat dua lubang hitam raksasa, masing-masing memiliki massa sekitar 30 kali lipat dari Matahari. Yang mencengangkan, kejadian itu berlangsung sekitar 1,3 miliar tahun cahaya dari Bumi. Artinya, kita baru saja “mendengar” gema dari masa lalu kosmik yang sangat kuno dan itu adalah pertama kalinya umat manusia bisa merasakan getaran langsung dari fenomena semacam ini.


Penemuan yang Dulu Langka, Kini Jadi Kebiasaan


Sejak deteksi pertama itu, dunia astronomi berubah drastis. LIGO dan Virgo, detektor serupa di Eropa, terus menangkap sinyal gelombang gravitasi dari berbagai penjuru langit. Sekarang, temuan semacam ini sudah menjadi rutinitas ilmiah. Bahkan, dalam sehari, bisa ada lebih dari satu sinyal yang terdeteksi. Oleh karena itu, setiap sinyal harus dicatat secara spesifik hingga ke detik terjadinya.


Hebatnya, alat-alat ini mampu mendeteksi getaran yang lebih kecil dari ukuran atom. Dengan teknologi ini, kita tak lagi hanya mengamati bintang dari cahayanya saja, tapi juga “mendengar” getaran energinya, menjadikan ilmu astronomi lebih dalam dan menyentuh dimensi yang sebelumnya tak tersentuh.


Sumber Gelombang Ini: Tabrakan Objek Super Padat


Lalu, apa sebenarnya yang memicu gelombang ini? Ternyata, semua sinyal yang terdeteksi sejauh ini berasal dari pertemuan dua objek sangat padat: lubang hitam atau bintang neutron. Keduanya terbentuk dari sisa-sisa bintang raksasa yang “mati” dan runtuh menjadi benda superkompak.


Ada dua cara bagaimana sistem ganda seperti ini bisa terbentuk.ang pertama, dua bintang besar yang lahir bersama akan sama-sama meledak dan berubah menjadi objek padat, lalu terus mengorbit hingga akhirnya bertabrakan. Yang kedua, tabrakan bisa terjadi karena tarikan gravitasi di wilayah galaksi yang padat, membuat dua benda padat yang sebelumnya tidak saling mengenal menjadi pasangan yang tak terpisahkan.


Ukuran dan Putaran: Kunci Mengungkap Identitas


Dengan menganalisis gelombang yang tiba, para ahli bisa mengetahui seberapa besar dan seberapa cepat putaran masing-masing objek yang bertabrakan. Dari sekitar 50 peristiwa yang tercatat, mayoritas adalah tabrakan antar lubang hitam. Menariknya, sebelum gelombang gravitasi terdeteksi, ilmuwan hanya mengetahui lubang hitam dengan massa 5–15 kali Matahari. Tapi GW150914 langsung menunjukkan ukuran 30 kali massa Matahari, di luar semua dugaan sebelumnya.


Peristiwa Aneh yang Membuat Ilmuwan Bingung


Namun tidak semua peristiwa mudah dijelaskan. Salah satunya adalah GW190521, yang memperlihatkan tabrakan antara dua lubang hitam besar—dengan massa 85 dan 66 kali Matahari. Ukuran ini berada di rentang yang sebelumnya dianggap tidak mungkin terjadi. Fenomena tersebut menantang teori-teori yang ada tentang bagaimana lubang hitam terbentuk.


Ada juga peristiwa unik lainnya, GW190814, di mana satu objek memiliki massa 23 kali Matahari, sedangkan pasangannya hanya 2,6 kali. Sampai sekarang, belum bisa dipastikan apakah objek itu merupakan lubang hitam terkecil yang pernah ditemukan atau justru bintang neutron terberat. Ilmuwan pun masih terus mencari jawaban dari misteri tersebut.


Saat Langit Bicara dengan Dua Bahasa Sekaligus


Salah satu momen paling bersejarah terjadi pada tahun 2017, ketika dua bintang neutron bertabrakan dan menciptakan peristiwa yang dikenal sebagai GW170817. Kali ini, tak hanya gelombang gravitasi yang terdeteksi, tetapi juga cahaya dalam berbagai bentuk: mulai dari sinar gamma, sinar-X, hingga cahaya tampak. Inilah yang disebut sebagai multi-messenger event, karena satu peristiwa bisa dipantau melalui dua jalur: getaran dan cahaya. Hal ini membuka pintu baru dalam pengamatan alam semesta yang jauh lebih kaya dan detail.


Mengukur Kecepatan Perluasan Alam Semesta


Gelombang gravitasi juga membantu ilmuwan memahami seberapa cepat alam semesta terus mengembang. Biasanya, hal ini diukur melalui perhitungan “tangga jarak” antar galaksi. Namun sekarang, dengan gelombang gravitasi dan data dari cahaya yang menyertainya, para ilmuwan bisa mendapatkan ukuran jarak yang lebih langsung dan akurat. Semakin banyak data yang terkumpul, semakin besar kemungkinan kita bisa mengetahui kecepatan sebenarnya dari perluasan alam semesta.


Teori Einstein: Masih Teguh Berdiri


Peristiwa GW170817 juga membantu menguji teori Einstein. Gelombang gravitasi dari peristiwa itu hanya tiba 1,7 detik lebih awal dari sinar gamma yang menyertainya, meskipun telah menempuh jarak 1,3 miliar tahun cahaya. Ini memberikan bukti kuat bahwa gelombang gravitasi bergerak dengan kecepatan cahaya, seperti yang telah diramalkan Einstein sejak lebih dari 100 tahun lalu.


Ke depan, dunia akan menyaksikan lebih banyak penemuan spektakuler. Putaran observasi keempat dari LIGO dan Virgo sudah dijadwalkan, dengan detektor Jepang, KAGRA, ikut memperkuat jaringan pemantauan. Pada tahun-tahun mendatang, sensitivitas sistem ini akan terus meningkat dan jumlah peristiwa yang terdeteksi pun akan melonjak drastis.


Bahkan, para ilmuwan berharap bisa menangkap jenis gelombang baru: seperti gelombang gravitasi berkelanjutan atau ledakan singkat dari sumber misterius. Siapa tahu, mungkin kita akan menemukan hal-hal yang belum pernah dibayangkan sebelumnya!